Pada
tahun 2011, Indonesia telah memiliki 5,6 juta mahasiswa yang tersebar di
33 provinsi. Jumlah mahasiswa yang merupakan mahasiswa baru ada
sekitar 1,1 juta mahasiswa dan jumlah ini akan terus bertambah setiap tahunnya.
Sementara menurut mantan Sekretaris
Jenderal dan Kementrian Kebudayaan, Ainun Naim, jumlah pelajar yang dapat
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada tahun 2014 hanya 30 persen
saja. Jumlah ini sebenarnya telah meningkat sebanyak 20% dibanding tahun
sebelumnya. Dengan demikian, jumlah mahasiswa pada tahun 2015 telah meningkat
dan memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan tahun 2011.
5,6
juta mahasiswa ini merupakan salah satu aset terpenting negara. Mengapa
demikian? Mahasiswa merupakan ujung tombak dari generasi muda yang
akan melanjutkan keberjalanan Indonesia. Mahasiswa merupakan calon-calon
penerus dan pemimpin bangsa karena kemampuan-kemampuan yang akan dimilikinya
nanti setelah lulus dari status mahasiswanya. Mahasiswa ini kedepannya dapat
menjadi politikus, pemerintah, insinyur, bankir, ahli terapi, dokter, dan masih
banyak posisi lain yang dapat dicapainya. Mahasiswa inilah yang kelak akan
menggerakkan Indonesia.
Berbicara
mengenai mahasiswa, sebenarnya apa itu mahasiswa? Mungkin hal ini
masih menjadi pertanyaan bagi beberapa orang. Mahasiswa merupakan sebuah kata
yang tersusun dari kata “maha” dan kata “siswa”. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, “maha” memiliki arti sangat; amat; teramat; sementara siswa memiliki
arti murid; pelajar; sehingga mahasiswa dapat didefinisikan sebagai pelajar
yang berada pada tingkat yang tertinggi. Tingkat yang tertinggi ini ditempuh di
suatu Perguruan Tinggi.
Beberapa
orang di luar sana mungkin hanya memandang mahasiswa sebagai pelajar yang
menempuh pendidikan di suatu Perguruan Tinggi. Namun, menuntut ilmu di suatu Perguruan Tinggi hanyalah merupakan tiket atau tanda seseorang
untuk memiliki status sebagai mahasiswa. Mahasiswa memiliki identitas
yang dapat kita jabarkan ke dalam tiga hal berikut, yaitu posisi, potensi, dan
peran. Identitas inilah yang menentukan
apakah seseorang benar-benar telah menjadi mahasiswa ataukah belum
Posisi
mahasiswa di dalam masyarakat saat ini adalah sebagai masyarakat
sipil akademisi. Sebelumnya mahasiswa dijabarkan sebagai masyarakat sipil
terpelajar, tapi hal ini kemudian drevisi karena sesungguhnya kelompok
terpelajar bukan hanya terdiri dari mahasiswa. Masyarakat lain yang tidak menjadi
mahasiswa pun dapat menjadi seorang yang terpelajar. Mahasiswa pun dikatakan
sebagai masyarakat sipil akademisi sehingga dapat didefinisikan sebagai
masyarakat sipil yang terus belajar dan berhubungan dengan dunia pendidikan
secara formal. Adapun masyarakat sipil sendiri memiliki pengertian sebagai
masyarakat yang mendukung kemajuan bangsa tanpa menginginkan posisi, kekuasaan,
dan keuntungan materi. Posisi yang dimiliki mahasiswa sangat baik, karena
sebagai masyarakat sipil, mahasiswa juga merupakan seorang akademisi.
Bagaimana
dengan kelompok masyarakat lain? Agar lebih jelas lagi, sebenarnya terdapat
tiga kelompok besar masyarakat. Ketiga kelompok itu adalah masyarakat politik,
masyarakat ekonomi, dan masyarakat sipil. Masyarakat politik adalah masyarakat
yang memperjuangkan sesuatu demi meraih kekuasaan. Contoh dari masyarakat
politik ini adalah politikus. Masyarakat ekonomi adalah masyarakat yang
melakukan sesuatu demi mengejar keuntungan atau laba. Contoh dari masyarakat
ekonomi adalah pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang di pasar.
Masyarakat sipil merupakan kelompok masyarakat yang berbeda dari kedua kelompok
di atas. Masyarakat sipil bertujuan untuk memajukan bangsa dan negara tanpa
mengharapkan kekuasaan dan keuntungan.
Potensi adalah
sesuatu yang dimiliki seseorang dan dapat dikembangkan dan digunakan untuk
membantu dirinya dan orang lain. Lalu, apakah potensi dari mahasiswa itu
sendiri? Mahasiswa memiliki potensi-potensi yang sangat besar. Mahasiswa akan
terus belajar baik dalam lingkungan akademik maupun non-akademik. Mahasiswa
dapat mempelajari banyak hal sekaligus, bukan hanya ilmu akademik yang
didapatkannya di dalam kuliah. Mahasiswa dapat mempelajari bagaimana cara
berinteraksi yang baik dengan orang lain, mempelajari permasalahan-permasalahan
bangsa seperti permasalahan BBM, upah buruh, dan sebagainya. Ada begitu banyak
hal yang dapat dipelajari oleh seorang mahasiswa. Akan tetapi, potensi
mahasiswa dapat kita kelompokkan dalam tiga kelompok berikut, yaitu hard skill, soft skill, dan idealisme.
Hard skill
adalah kemampuan mahasiswa di dalam bidang keilmuan yang dipelajarinya. Hard skill ini dapat diukur dan dapat
terlihat secara kasat mata, seperti nilai tes atau ujian, indeks prestasi (IP)
dan piagam penghargaan. Hard skill
yang dimiliki oleh seorang mahasiswa merupakan kemampuan-kemampuan dasar yang
seterusnya masih dapat dikembangkan. Hal inilah yang membedakan hard skill yang dimiliki oleh seorang
mahasiswa dan seorang pekerja. Hard skill
yang dimiliki oleh seorang pekerja pada umumnya merupakan kemampuan yang
lebih spesifik dan telah dikembangkan dalam rangka melaksanakan tugas
pekerjaannya.
Soft skill
merupakan kemampuan mahasiswa yang berhubungan dengan emosi dan tidak kasat
mata atau tidak dapat diukur secara langsung (subjektif). Soft skill merupakan kemampuan mahasiswa yang didapat dari
interaksi mahasiswa dengan lingkungan sekitarnya. Sebut saja kegiatan belajar
kelompok, presentasi, kerja sama tim, kegiatan kepanitiaan, kegiatan sosial,
kajian, dan seminar. Soft skill
dibutuhkan oleh seorang mahasiswa untuk mendukung hard skill yang dimilikinya. Soft skill dapat berupa kemampuan memimpin, kemampuan berbicara di
depan umum (public speaking),
manajemen waktu, kemampuan mempersuasif orang lain, mendengarkan orang lain, tanggung
jawab, dan kemampuan untuk mengontrol emosi.
Perpaduan
antara hard skill dan soft skill yang dimiliki oleh seorang
mahasiswa dapat melahirkan prinsip atau cara pandang. Cara pandang yang
dipegang oleh mahasiswa inilah yang disebut sebagai idealisme. Cara pandang
ini diperoleh mahasiswa dari hard skill
yang diperoleh dalam kegiatan perkuliahan dan soft skill yang diperoleh dari kegiatan berorganisasi. Cara pandang
yang dimiliki mahasiswa biasanya bersifat lebih normatif atau idealis dan
terkesan polos. Hal ini disebabkan cara pandang yang dimiliki masih murni dan
tidak ada campur tangan atasan, tuntutan kerja atau keinginan untuk mencari
keuntungan. Cara pandang ini mungkin terkesan kurang baik, tapi sebaiknya
dipertahankan.
Nah,
dengan memiliki posisi yang begitu baik dan potensi yang begitu besar, tentunya
mahasiswa memiliki peran yang besar pula. Mahasiswa memiliki berbagai peran
yang penting di dalam masyarakat. Ada beberapa jenis pengelompokan peran yang
dimiliki oleh mahasiswa. Akan tetapi terdapat dua peran pokok mahasiswa,
yaitu 1) menjadi generasi bangsa penerus dan sebagai penurun nilai-nilai kepada
generasi berikutnya dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya dan 2) membantu menyelesaikan permasalahan
yang ada di dalam masyarakat dengan menggunakan kemampuan-kemampuan yang
dimilikinya. Dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat, mahasiswa juga
sebaiknya dapat mendorong masyarakat untuk dapat menyelesaikan masalahnya
sendiri.
Kedua
peran pokok mahasiswa di atas sebenarnya diperoleh dari peran-peran mahasiswa
sebagai 1) Iron Stock (Persediaan
besi); 2) Agent of Change (Agen perubahan) ; 3) Guardian of Value
(Penjaga Nilai); dan 4) Role
Model (Contoh masyarakat). Mahasiswa dapat diibaratkan sebagai besi, yaitu
suatu benda yang dapat dibentuk menjadi sesuatu yang diinginkan, suatu benda
yang apabila ditempa akan menjadi semakin kuat, dan suatu benda yang apabila
dihias akan menjadi sesuatu yang indah dan berguna. Mahasiswa dapat dibentuk
dan ditempa menjadi penerus bangsa yang dapat memajukan bangsa. Mahasiswa
kemudian dapat menjadi agen perubahan. Mahasiswa dapat mengubah sesuatu yang
salah menjadi lebih benar. Perubahan ini dapat terjadi karena banyaknya jumlah
mahasiswa yang ada di dalam suatu negara. Kemudian mahasiswa juga harus menjadi
penjaga nilai-nilai yang telah mereka terima sebelumnya. Nilai-nilai inilah
yang kemudian dapat diwariskan kepada generasi-generasi berikut. Mahasiswa yang
memiliki begitu banyak potensi haruslah menjadi contoh bagi masyarakat. Suatu
lingkungan masyarakat akan berjalan menuju arah yang lebih baik bilamana
terdapat penggerak dan contoh yang baik di tengah-tengah mereka. Itulah peran
seorang mahasiswa.
Lalu,
bagaimana cara seorang mahasiswa memiliki identitas yang seharusnya
dimilikinya? Sebelumnya seorang
mahasiswa harus memahami arti kemahasiswaan. Apakah kemahasiswaan itu?
Kemahasiswaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seluk beluk
mahasiswa; sesuatu yang berkaitan dengan kemahasiswaan. Lalu, apa hubungannya antara kemahasiswaan dan
meraih identitas mahasiswa?
Kemahasiswaan
itu sendiri merupakan suatu proses pembelajaran. Untuk memperoleh
hard skill, kita butuh proses pembelajaran dari ilmu yang kita tekuni. Tanpa
belajar, ilmu tersebut tidak akan ada di dalam kita dan tentu saja tidak akan
menjadi kemampuan yang kita miliki. Pembelajaran itu sendiri adalah proses yang
berkelanjutan dan tidak pernah berhenti. Pembelajaran tidak memiliki batasan
waktu dan ruang. Mahasiswa bisa belajar apa saja, dimana saja, dan kapan saja.
Pada saat kita berinteraksi dengan orang lain pada saat itu pula lah proses
belajar mengenai orang lain itu dimulai. Pada saat kita berbincang-bincang
dengan sesama, pada saat itu lah proses belajar berdiskusi dan berinteraksi
dilakukan. Saat kita menjadi seorang anggota dalam suatu kegiatan, pada saat
itu kita dapat belajar untuk mendengarkan dan melaksanakan perintah atasan.
Saat kita mengajukan diri sebagai seorang pemimpin pada saat itulah kita
belajar untuk menjadi berani memikul tanggung jawab. Saat kita menjadi seorang
ketua dalam suatu kegiatan, pada saat itu pulalah kita belajar untuk memimpin
orang lain. Saat kita berusaha menyeimbangkan kegiatan non akademik dengan
akademik, pada saat inilah kita belajar untuk mengatur waktu dengan baik.
Proses pembelajaran terjadi kapan saja dan dimana saja.
Seorang
mahasiswa tidak boleh lelah dan berhenti belajar karena ini merupakan inti dari
menjadi seorang mahasiswa. Proses pembelajaran inilah yang membentuk seorang
mahasiswa menjadi mahasiswa yang sesungguhnya yang sungguh-sungguh memiliki hard skill dan soft skill. Ruang dan lingkungan tempat kita melaksanakan
pembelajaran inilah yang akan membentuk kita dan membantu kita untuk memiliki
prinsip dan cara pandang yang tepat.
Kalau
demikian, bagaimana cara seorang mahasiswa memperoleh suatu pembelajaran yang
tepat? Tidak ada rumus pembelajaran yang tepat. Semua jenis
pembelajaran dapat dilakukan sesuai minat dan bakat dari seorang mahasiswa.
Seorang mahasiswa bisa membagi-bagi porsi pembelajaran yang diinginkannya.
Selama seorang mahasiswa masih memiliki keinginan untuk belajar, maka ia dapat
mengembangkan dan mengasah kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.
Tugas
pokok mahasiswa adalah belajar dalam bidang akademik. Tugas ini kemudian harus dipertanggungjawabkan
kepada orang tua maupun penanggung jawab mahasiswa tersebut (pemberi beasiswa).
Akan tetapi, apabila seorang mahasiswa tidak mengembangkan dirinya dalam bidang
lain maka kemampuan mahasiswa tersebut tidak akan seimbang. Mahasiswa tersebut
tidak memiliki kemampuan lain yang dapat menyokong bidang akademiknya. Oleh
sebab itu, mahasiswa harus mengikuti kegiatan lain di luar kegiatan akademik.
Semua
perguruan tinggi pasti memfasilitasi kegiatan mahasiswa non akademik, misalkan
kabinet mahasiswa, unit atau klub minat, dan himpunan mahasiswa jurusan. Kegitatan-kegiatan
seperti ini dapat memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan soft skill yang dimilikinya. Mahasiswa
dapat melatih kemampuan berpikir cepat, berdiskusi, berdebat, berbicara di
depan umum, menjadi pemimpin, mepersuasif orang, menjadi pendengar yang baik,
manajemen waktu yang baik, dan kemampuan untuk bertahan di dunia yang
sesungguhnya.
Tapi
ingatlah wahai teman-temanku sesama mahasiswa. Kemampuan-kemampuan yang kita
miliki itu tidak akan ada gunanya apabila tidak kita manfaatkan untuk hal-hal
yang lebih baik. Ingatlah bahwa kita merupakan generasi penerus bangsa dan
bahwa kita adalah iron of stock dari
negara ini. Kita ada untuk memajukan negara dan menyejahterakan negara kita.
Kita juga ada disini untuk menjaga nilai-nilai yang ada dan meneruskannya
kepada generasi selanjutnya. Kita harus dapat menjadi contoh yang baik bagi
masyarakat dan generasi selanjutnya.
Bagaimana
cara kita mewujudkan peran kita tersebut? Memang, caranya tidak
semudah yang kita bayangkan. Tapi sebagai mahasiswa, kita dapat mulai dengan
pembelajaran dan pengajaran kepada mahasiswa lain, baik mahasiswa seangkatan
kita, maupun mahasiswa lintas angkatan. Mahasiswa juga dapat melaksanakan
penelitian yang dapat berguna bagi masyarakat dan kemudian dapat melakukan
pengabdian masyarakat. Hal ini tentu saja telah tercantum dalam Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yaitu 1) Pendidikan dan Pengajaran, 2)
Penelitian dan Pengembangan, dan 3) Pengabdian Masyarakat.
Banyak
kegiatan yang mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi ini, terutama dalam
organisasi-organisasi kemahasiswaan. Misalnya di dalam Kabinet Mahasiswa
sendiri telah terdapat projek pengabdian masyarakat melalui berbagai kegiatan
sosial. Sebagai mahasiswa kita dapat memberikan partisipasi kita dalam bentuk
sekecil apapun ke dalam kegiatan ini. Di dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan
sendiri terdapat banyak kegiatan yang menunjang kegiatan keprofesian, disinilah mahasiswa dapat
mengembangkan dirinya dan mempersiapkan diri menuju dunia keprofesian. Di dalam
berbagai kegiatan di kampus, telah banyak pula kegiatan yang menunjang
pendidikan dan pengajaran, misalkan kegiatan belajar kelompok dan tutorial.
Kesimpulan
yang dapat kita ambil adalah, seorang mahasiswa harus
melaksanakan kegiatan kemahasiswaan, yaitu pembelajaran, untuk benar-benar
menjadi mahasiswa dengan memenuhi identitas mahasiswa itu sendiri (Posisi,
Potensi, dan Peran). Mahasiswa dapat melaksanakan berbagai kegiatan
kemahasiswaan sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Akan tetapi,
identitas dari mahasiswa tidak akan lengkap tanpa adanya pelaksanaan dari peran
yang dimiliki mahasiswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar